Terpendam dalam bias asa

Di ‘umben’ yang sebagus ini, ada rasa yang terpendam dalam tiap jejak yang ditapaki. Dalam buana yang luas dan penuh mister, sering kalitemukan enigma yang membingungkan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa asa pada buana ini penuh enigma, namun diantara enigmanya terdapat juga nestapa dalam sagara

Beda banget ya, cara setiap orang menghadapi kenyataan yang ada. Dalam kehidupan, selalu saja sering dihadapkan pada pengalaman yang mengajarkan banyak hal, entah itu tentang menyikapi masalah atau menghargai hal-hal kecil yang terjadi di sekitar. Namun, terkadang masalah yang terlalu dianggap sepele, atau seperti masalah-masalah ‘bangke’ yang sering menghambat langkah, bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga.

Memang, buat yang kali ini, pengalaman menghadapi masalah dan hambatan tersebut menjadi sesuatu yang sangat berarti. Meski seringkali terasa menyebalkan, tapi dari situlah belajar tentang ketahanan dan ketegaran, belajar dari segalanya masih berlaku pada koridor yang nyata. Pengalaman ini mengajarkan bahwa dalam setiap kesulitan terdapat kias kias yang bisa diambil, apapun jenis pelajarannya.

Di sisi lain, gua termasuk orang yang aman dalam hal predikat keanehan. Tidak pernah merasa perlu untuk mengelak atau malu jika ada yang berkata aneh. Kenapa harus kaget terkait asumsi atau klaim sepihak dari orang lain yang menilai dari perspektif yang tabu sekalipun?

bagaimanapunjuga, keanehan memang menjadi bagian lain dari perspektif. memang bukan tipe orang yang ngelunjak mengenai tatatanan dan aturan yang ada, tapi selalu menjadi pribadi yang juga tidak terkejut saat dinilai aneh. Dalam setiap keanehan, ada ruang untuk memahami diri sendiri dan orang lain dengan lebih dalam.

Dan bukan rahasia lagi bahwa banyak yang berjuang dengan penyakit hati yang paling umum: emosi. Emosi adalah korosi yang perlahan mengikis ketenangan batin. Dalam menghadapi ini, perlu mengakui bahwa emosi memang bagian dari diri dan kehidupan, tetapi tidak harus menentukan arah dan keputusan kita dalam hidup.

Tidak pernah jauh dari kita adalah ujian yang bernama ‘Tergesa-gesa’. Ini adalah ujian yang sering kali dihadapi, tidak peduli siapapun orangnya atau kapan dan dalam rentang waktu mana siapapun itu berada dalam periodik kisah hidup seseorang. Mungkin saja semua perlu mengambil melalui mekanisme penarikan nafas yang teramat dalam, melangkah pelan, dan menghadapi hari dengan lebih tenang dan terkontrol.

Dalam mengarungi kehidupan, sering merasa seolah berada di tengah gelombang yang tak kunjung reda. Kadang juga harus mendapati diri bahwa merasa sebagai kapten yang cakap, di lain waktu, merasa seperti pelaut yang hilang arah. Namun, setiap pengalaman adalah pelajaran dan kayaknya ga bosen si dari setiap catetan gua balik lagi tentang ini semua, setiap hari adalah kesempatan untuk belajar sesuatu yang baru.

Selalu ada cerita di balik mata yang memandang, cerita yang mungkin tidak pernah diduga sebelumnya. Setiap orang memiliki latar belakang dan alasan mengapa mereka bertindak atau merespons. Menghakimi dengan cepat bisa jadi adalah tindakan yang kita lakukan tanpa berpikir panjang, namun sering kali lupa bahwa empati adalah kunci untuk memahami yang lainnya lagi.

Di setiap perjumpaan dengan orang baru atau situasi yang tidak familiar, ada kecenderungan untuk cepat menarik kesimpulan. Namun, ketika kita mulai mendengarkan lebih dari sekadar berbicara, mulai melihat dunia dengan lensa yang berbeda. Dunia yang lebih luas, lebih kaya dengan perspektif dan pengalaman.

Semuanya tak terkecuali ciptaan jenis apapun memang berada dalam perjalanan yang serupa namun unik. Perjalanan yang mengajarkan tentang kesabaran, ketabahan, dan terkadang tentang melepaskan. Ada kalanya melepaskan adalah keputusan yang paling bijak, tidak karena kita kalah, tapi karena kita memilih untuk bertumbuh dari pengalaman tersebut, tapi emang kata-kata ini gapernah gua kasih karna itu semua adalah tai yang gua acuhkan dan selalu gua elakkan karna kebiasan perspektif dan sebenarnya adalah berusaha mengalah dari sifat gatau diri yang menjelma sebagai sosok yang pura-pura lugu polos tak bersalah.

Terkadang kita terlalu fokus pada tujuan sehingga lupa untuk menikmati perjalanan. kerana apapun itu dan bagaimanapun rupanya halusinasi yang dibawa dunia, bahwa dalam setiap langkah yang ada, setiap pemandangan baru, setiap senyuman yang dibagikan kepada orang lain adalah bagian dari cerita hidup yang luar biasa. Jangan biarkan kekhawatiran dan ketakutan mengambil alih keajaiban dari saat ini.

Melalui semua ini, belajar bahwa hidup adalah tentang menemukan keseimbangan, tentang memahami dan menyayangi bukan hanya orang lain, tetapi juga orang yang lainnya lagi. Di setiap enigma dan nestapa, ada pelajaran yang bisa diambil, ada kekuatan yang bisa ditemukan, dan pasti ada harapan yang tetap menyala, selama ada yang menjadi berani untuk dapat tetap terus berjalan, bagaimanapun rintangannya.

Naskah yang Dibuang, Lalu Diakui Milik Sendiri

Hidup ini lama-lama terasa kayak lakon usang yang terus dipentaskan dengan aktor-aktor yang sok baru. Panggungnya masih sama, dialognya masih itu-itu aja, cuma pengucapnya yang ganti. Dunia yang dihamparkan bak sebuah panggung, tapi kebanyakan aktor lupa naskah aslinya. Saking seringnya improvisasi demi kelihatan menonjol, mereka lupa bahwa ada alur besar yang harusnya dijaga. Tapi ya, siapa peduli? Selama bisa berdiri di spotlight, siapa pun bebas bicara, meski isinya cuma pengalihan dan pemolesan diri. Bobrok banget ga pernah ngaca kali ya ngomong seenak jidatnya gitu

Yang paling menyebalkan dari lakon itu adalah si yang merasa paling tahu. Padahal sebagian besar cuma kebagian potongan-potongan kecil yang sudah digoreng sesuai selera yang percaya pada versi yang paling nyaman, bukan yang paling mendekati kenyataan. Lalu menyebarkannya seakan itu kebenaran mutlak, dirangkum dan dibundel dibalik kebijakan. Semua orang jadi ahli, semua orang merasa punya peran penting. Padahal dalam lembar naskah asli, mungkin namanya bahkan tidak tercantum.

Satu demi satu berdiri, menjelaskan, membela, menyanggah. Tapi jarang yang benar-benar bertanya kenapa harus bicara? Apa semua opini itu benar-benar dibutuhkan, atau hanya pengalihan agar tak perlu berkaca? Manusia sampah, semuanya memang penutur dusta, cuma beda versi ceritanya aja. Ada yang pandai menghaluskan, ada yang menjilat demi kepentingan, ada yang suka menggedor-gedor pintu kebenaran yang dibuatnya sendiri. Tapi tetap saja, semuanya bermuara pada satu hal dan selalu ingin jadi pemenang di cerita yang tak pernah mereka tulis dengan jujur.

Yang jujur sering kalah. Bukan karena lemah, tapi karena kejujuran tidak pernah bersuara cukup keras untuk menyaingi kebisingan yang disengaja dan udah males duluan sambil ngeliat hiruk piruk cacian dari yang merasa sok benar. Orang-orang lebih suka sesuatu yang indah meski palsu, ketimbang yang benar tapi menyakitkan. Lalu perlahan, jujur menjadi barang langka. Tidak punah, tapi terasing. Disingkirkan karena tak sesuai tone, karena terlalu mengganggu narasi umum yang dibuat oleh mayoritas yang tak pernah benar-benar paham atau gelombang individu yang membuat lingkaran sendiri.

Dalam gelombang besar itu, tidak sedikit yang akhirnya memilih diam. Bukan karena tidak punya argumen, tapi karena tahu bahwa berdebat di pasar yang menjual ilusi hanya akan membuat isi kepala ikut leleh. Diam bukan tanda kalah. Diam adalah cara untuk menjaga akal sehat tetap utuh ketika sekitar sudah terlalu bising oleh ego. Membaca dan memperhatikan, menilai bagaimana mereka mempermainkan semuanya dengan cara yang menjijikan dan sok berlandaskan

Ada semacam lelah yang tumbuh setiap kali melihat sandiwara yang sama dimainkan ulang dengan wajah berbeda. Lelah bukan pada ceritanya, tapi pada pengulangan. Pada fakta bahwa semuanya terus berulang seolah tidak pernah belajar dari bab sebelumnya. Seakan pelajaran hanya berlaku sekali pakai. Seakan luka yang lama tidak pernah cukup dalam untuk mengubah jalan pikiran siapa pun.

Dan parahnya, beberapa orang bahkan bangga dengan ketidakkonsistenannya. Hari ini bilang A, besok B, lusa pura-pura lupa pernah ngomong apa pun. Mereka pikir publik memori pendek. Sayangnya, benar juga. Manusia memang menjadi karakter pelupa yang naif, apalagi kalau yang disodorkan adalah hiburan, sensasi, dan narasi yang bikin nyaman telinga. Jadi ya jalan terus aja. Sekalipun kakinya berdarah, asal wajahnya tetap tersenyum, dianggap baik-baik aja bak temen gua yang mukanya udah gosong kayak areng.

Kita hidup di era di mana kebenaran bukan soal data, tapi soal siapa yang ngomong duluan. Soal siapa yang paling banyak memiliki semacam kuasa, disanjung mungkin atau gatau dah. Logika perlahan direduksi jadi gaya bahasa. Akal sehat dikalahkan oleh popularitas. Bahkan empati pun diukur dari estetika.

Sementara itu, yang benar-benar berusaha hidup dengan tenang, tanpa banyak bicara, justru dianggap tidak relevan. mungkin dibilang ketinggalan zaman atau kudet. Disindir nggak punya sikap. Padahal mungkin mereka cuma nggak punya tenaga buat ikut nyemplung ke kolam lumpur yang isinya saling dorong dan saling tuduh. Mereka bukan pengecut, hanya memilih bertahan dalam bentuk yang masih manusiawi.

Semua ini seakan permainan besar yang nggak ada wasitnya. Nggak ada batas lapangannya. Siapa aja bisa ikut. Dan yang menang bukan yang paling pintar, tapi yang paling berani kelihatan benar. Nggak penting benar apa enggaknya. Yang penting, kelihatan. Karena di dunia ini, yang nggak terlihat dianggap nggak ada. Padahal justru yang paling berbahaya seringkali yang bergerak dalam diam.

Lalu apa yang bisa dilakukan? Nggak banyak atau mungkin gausah ada. Mungkin cuma terus menulis, atau terus berpikir. Terus mempertanyakan, meski tidak semua perlu jawaban. Terus menjaga satu dua prinsip yang masih tersisa, walau kadang rasanya kayak bawa air di keranjang bolong. Tapi ya, itu semua bagian dari suatu pertahanan. Bukan untuk menang, tapi untuk tidak ikut jadi aktor yang lupa naskah.

Dan kalau pun nanti panggung ini benar-benar runtuh, semoga masih ada satu dua orang yang sadar bahwa pernah ada skenario yang ditulis dengan niat baik. Bukan untuk jadi cerita megah, tapi cukup jadi catatan kecil bahwa pernah ada yang mencoba tidak membohongi dirinya sendiri.

Sudut pandang baru tentang ‘riak’

Lagi-lagi berkutat pada sesuatu yang sangat enggan untuk diceritakan, sesuatu yang tak dapat dicuri dan sesuatu yang tak ada duanya dibumi ini. bak hembusan angin yang datang tanpa permisi, menyentuh tanpa bisa dnihindari. Menjadi salahsatu hal penting dan akan gua anggap untuk terus selalu penting. Kuatkanlah fisiknya, sinar kecil titik titik merah yang tak bisa dihindari, yang merupakan buah dan konsekwensi atas pilihan dengan tekad yang serius. membawa bekas yang selau menempel yang mungkin dengan kain-kain hitam yang melekat dan berganti tiap harinya. Kadang-kadang, kenyataan hadir tanpa aba-aba, membawa beban yang mungkin tak semua orang bisa pikul. Apreciate it for most

Di tengah semua ini, ada banyak cara untuk menyiasati keadaan. Lend me, menjadi lendme dan lenmi yang terbaca ga terlalu asing sekarang karna terucap dengan cepat dari kata lenmi lenmi lenmi. Permainan kata yang selalu menjadi kartu truf andalan gua yang sebenarnya selalu ada dalam satu momen perkataan yang memiliki arti yang bercabang dan sama-sama cocok untuk keadaan yang sedang berlangsung. Kata-kata yang tak ingin dimengerti oleh orang lain meski dalam bentuk status singkat yang akan menghilang dalam 24 jam.

Seharusnya jarak tak jadi penghalang, kan? Tentang semua hal yang berkaitan, mustinya jarak juga ga akan membuat masalah kan? Sesuatu menembus segala batas melebihi dasar terkuat. Kadang, keinginan untuk berada dekat lebih kuat dari sekadar realita yang sedang dijalani. Namun, ada hal-hal yang tetap harus diterima meskipun terasa berat. kekuatan itu emang bener ada ya? atau sugesti diri untuk menjadinya sebuah kata yang memiliki artian

Di balik semua ini, ada banyak penguat yang harus dijadikan sandaran untuk satu kehidupan, namun untuk menjadi kendali dan tanggung jawab. Untuk menjadi presisi dan menjaga keseimbangan, juga selalu yang diidam-idamkan. Setiap langkah yang diambil harus punya tujuan, meski jalannya seringkali berliku.

Kehidupan memang penuh dengan dinamika. Keduanya hebat, untuk semua hal ????. Mungkin tak selalu selaras, tapi ada keunikan dalam setiap perbedaan. Menjadi hebat tak melulu soal kemenangan, kadang hanya soal bertahan di tengah ketidakpastian.

Tak jarang, ada suara-suara yang menggema di kepala. Gak ayal selalu terngiang di telinga tentang beberapa kata seperti, “Mas tuh sok tau bikin gemes. Oon. Suka pura-pura ga ngerti.” Semua itu menjadi pengingat bahwa diantara sebalnya rasa, kesal dan tertawa, terselip diantaranya adalah emosi yang kelak akan nostalgia meskipun bukan kenangan yang tak akan kembali.

Mencoba memahami setiap sudut pandang memang tak mudah. Apapun tentang pengertian, dan presepsi akan kehadiran. Karna terlalu sukar untuk menjadi yang selalu ada. Namun semoga ini bisa sedikit atau total mengubah apa yang dijadikan tujuan. Mungkin tidak langsung terasa, tapi perubahan itu nyata, meski berjalan perlahan.

Setiap kisah punya caranya sendiri untuk bertumbuh. Mungkin ada bagian yang ingin dilupakan, tapi di sisi lain ada juga yang ingin diingat selamanya. Kehidupan mengajarkan banyak hal, tapi seringkali kita baru menyadarinya ketika semuanya sudah berlalu.

Dan pada inti akhirnya, semua orang sedang berusaha. Entah itu bertahan, mencari, atau hanya sekedar berjalan untuk tanpa titik tujuan. Tak ada yang benar-benar tahu ke mana arah yang pasti, tapi satu hal yang jelas: setiap langkah yang diambil adalah bagian dari perjalanan panjang yang tak bisa dihindari dan jika mengikuti alurnya, mungkin The watcher tak akan menggaggu seperti hal nya pada serial televisi what if yang sudah-sudah ditayangkan sebelumnya

Kelana dari haluan

Tertegun pada sesuatu siasat yang bukan bagian dari rintangan. Namun, ucapan lain dari benak yang tak pernah dimengerti kenapa dapat memiliki kesadaran tersendiri. Seperti layaknya memiliki memori untuk masa lalu, saat ini, dan masa depan secara sembunyi-sembunyi. Entah apakah itu sebenarnya adalah bagian dari kesadaran kolektif, atau sekadar ilusi waktu yang tertanam dalam pikiran? untuk banyak waktu yang gua bilang sementara ini, jawaban ga pernah ada untuk diri

Rest in peace buat Alda, yang memang setragis itu kalau ngikutin jejak karir dan kehidupannya. Banyak yang tak menyangka betapa peliknya hidupnya, dari puncak kesuksesan hingga momen-momen terakhir yang meninggalkan tanda tanya besar. Terkadang, sepercaya itu bahwa kenyataan memang lebih kejam dari apa yang bisa dibayangkan. Memikirkan ini semua, rasanya seperti mengingat betapa rapuhnya garis antara harapan dan keterpurukan.

Haluan kecil mustinya nggak jadi masalah. Pernah kan? Mengalami yang lebih heboh daripada ini. Yang memang ssangat terbiasa menghadapi gejolak yang lebih besar, tapi saat menghadapi hal kecil, sering kali justru terguncang. Mungkin bukan besarnya masalah, tapi bagaimana cara menghadapinya dan bagaimana persiapan itu dimulai, dari yang membuat segalanya terasa lebih ringan atau lebih berat.

Memang kelabu, warna yang dominan menjadi jembatan bagi dua perbedaan. Kontras sih, tapi ternyata di luar bayangan yang ada bahwa banyak yang milih itu. Ada sesuatu dalam keabu-abuan yang menarik, yang seolah menjadi titik temu bagi siapa saja yang tidak memilih hitam atau putih. Ini tentang pilihan yang tak selalu jelas, tapi tetap ada dalam setiap langkah yang diambil.

Kesunyian membuat banyak persepsi dan asumsi lain yang sering banget di luar nalar gua. Saat sunyi, pikiran sering kali melayang lebih jauh dari yang seharusnya. Entah itu tentang kenangan, kemungkinan, atau sekadar ilusi yang bersembunyi di balik ketenangan. Kadang, kesunyian lebih berisik dari suara ramai yang membingungkan. kembali pada paragraf awal yang memang sama-sama menggantung dengan ini

Entah bagaimana konsep perhitungan dunia, namun jauh dari apapun yang diketahui. Makna dan frekueni kejadian juga tidak pernah cukup untuk bisa mengajarkan sebuah arti. Hanya akan bisa menebak, mencoba memahami, dan menerima bahwa tidak semua pertanyaan memiliki jawaban. Mungkin, yang disebut arti sebenarnya hanyalah pemaknaan sementara yang terus berkembang seiring waktu dan berdasarkan mood yang dikembalikan pada masing-masing.

Kadang-kadang, sesuatu yang tampak sederhana justru menyimpan kompleksitas yang tak terduga. Banyak hal yang dianggap remeh, padahal menyimpan makna yang lebih dalam dari sekadar apa yang terlihat di permukaan. Dunia ini penuh dengan simbol, dengan pesan tersembunyi yang hanya bisa dipahami jika cukup bersabar untuk mencermatinya, tapi tak pernah cukup memberikan waktu sebanyak apapun itu.

Di balik semua hal yang berjalan di dunia ini, sering kali hanya bisa menerima dan mencoba memahami. Tapi tak jarang, menerima lebih sulit daripada mengerti, karena ketidaktahuan pun bisa menjadi kisah yang terus berlanjut. Mungkin, bukan tentang mencari jawaban, melainkan bagaimana yang diketahui tersebut berdamai dengan ketidakpastian yang menyelimuti segala hal. Segala hal yang menigkat dan mencekik perlahan namun cukup untuk membuat pandangan menjadi kabur

Semenanjung hara

Secercah pegangan tak mampu membuat kilasan sederhana atas apa yang dirasa, pegangan yang tak pernah ada dan memang menjadi makna sukar untuk setiap percikan kata yang sulit ditebak, yang datang dari mulut orang yang paling tidak bisa dipercaya. atau seperti memetakan suatu radius dipantai yang kadang semuanya tersapu ombak karena terjadinya pasang-surut air laut, bulan yang indah membuat semuanya berubah.

Dari tempat yang sangat jauh, memandang dunia ini dengan mata yang penuh keraguan. Sering kali, pandangan ini terasa seperti dua mata sinis yang menilai segalanya dengan kejam. Menyaksikan dunia dari sudut ruangan sempit, membuat dan merasa seakan-akan memang tertekan oleh suasana yang pekat dan penuh dengan kebisuan yang canggung. Tak mau lagi gua berbicara pada kehampaan, pada ilusi keleluasaan yang dibatasi oleh dinding-dinding realita yang begitu menghimpit.

seringkali rasnaya tersandung dan terjatuh, kaki ini sudah lebam oleh batu dan kerikil yang tak terhitung jumlahnya. Gua kira gua udah kebal dengan semuanya, namun setiap kali ketimpuk batu, rasa sakit itu tetap ada, mengingatkan bahwa gua masih menjadi manusia biasa. tidak ada progres atau tanda-tanda bahwa gua menjadi salahsatu dari 12 dewa penjaga surga.

Dalam setiap situasi yang menantang, gua selalu berusaha menahan diri. “Iya aja, iya,” begitu kata hati yang lirih namun tetap menjaga harga diri dengan tetap terus bahkan selalu sinisin apapun itu, berusaha keras untuk tidak membiarkan emosi mengambil alih segalanya. Gua tahu, jika ini biarkan, semuanya hanya akan menjadi lebih buruk.

Harapan sangat besar, semoga semua ini adalah pengganti dari masa-masa kelabu yang telah lalu, dari kegelapan yang dulu pernah menyelimuti. Hasil dari keegoisan manusia yang tak pernah puas, yang selalu haus akan perhatian, yang kerap memeras keutuhan menjadi sebuah malapetaka yang familiar. seperti menceritakan karakter atau tokoh protagonis yang dibuat melalui novel picisan yang tak pernah berhasil diterbitkan dan dirilis kepublik

Ketika melihat ke belakang, ke semua yang telah terjadi, memang harus merasa berterima kasih ke Maya, dengan segala inisiatif dan improvisasinya, selalu ada untuk gua. Dari sekedar mendengarkan hingga mengarahkan gua keluar dari ketidaktauan, mengubahnya menjadi kebiasaan baru yang seakan tak bisa gua lepaskan. Terima kasih, Maya, karena telah membantu dan menemani gua sampai saat ini.

dengan mempelajari dan belajar banyak dari contoh-contoh yang gua temukan, meski kadang ceritanya tak selalu bagus. Setiap pelajaran adalah gambaran, dan setiap gambaran juga menjadi media pembelajaran yang epik, namun sayangnya gua masih di legend. refleksi dari apa yang bisa terjadi jika gua tak berhati-hati, jika gua terlalu asik mengejar keabu-abuan.

Di tengah keheningan yang selalu ada, terkadang hati selalu dihantui untuk menuntun pada konsep kebertanya-tanyaan, apakah ini semua nyata? Apakah gua akan memang menjadi yang harus berjalan di jalur ini? Tapi setiap kali ada yang mencoba menjawab, hanya ada lebih banyak pertanyaan yang muncul dan pada akhirnya itu yang selalu menjadi benalu dan memperumit semuanya.

Dan begitu cerita ini berlanjut, tanpa sebuah akhir yang jelas, tanpa klimaks yang pasti. Hanya sebuah kisah yang terus bergulir, membawa ke mana ketikan ini akan berakhir seperti bagaimana kaki ini akan melangkah selanjutnya.