Biasnya ketentuan dan Kehendak

Dalam banyak dekade, kesimpulan apa yang bisa didapati bila hidup dan mati hanyalah bias antara ketentuan, catatan lama, atau mungkin Tuhan yang membiarkan? Pertanyaan itu terus membayangi gue, makin lama makin absurd. Apa sebenarnya tujuan kita di sini? Hidup yang katanya direncanakan, tapi terasa begitu acak.

Kita hidup, katanya, dengan kehendak bebas. Tapi, apa benar bebas? Atau ini semua cuma sekadar ilusi dari kebebasan yang dipermainkan oleh catatan lama yang bahkan kita nggak tahu siapa yang menulisnya? Sebuah kisah yang sudah digariskan, tapi kita dijanjikan seolah kita punya kuasa atas jalan hidup sendiri.

Gue sering mikir, setelah bertahun-tahun ini, sebenarnya kita ngejalanin hidup karena apa? Karena mau kita sendiri? Atau karena jalan yang katanya sudah ditentukan? Catatan lama, mungkin. Sebuah rencana besar yang dibisikkan dari masa lalu, yang katanya penuh makna, tapi entah apa relevansinya dengan langkah yang gue ambil hari ini.

Kadang gue merasa, hakim yang sebenarnya bukan Tuhan, tapi manusia itu sendiri. Hakim yang terus menilai langkah-langkah gue, memberi label salah atau benar, baik atau buruk. Dan gue cuma ada di antara itu, terjebak dalam sistem yang terasa terlalu manusiawi untuk sesuatu yang katanya divine.

Tuhan, di sisi lain, terasa seperti sosok yang membiarkan. Membiarkan semuanya terjadi. Membiarkan hidup berjalan seperti ini, seperti itu, tanpa campur tangan yang jelas. Apakah ini bagian dari rencana? Atau ini cuma chaos yang diatur dengan dalih “ujian”?

Gue nggak tahu. Semakin gue mencoba mencari jawaban, semakin gue merasa nggak ada yang benar-benar pasti. Hidup kita terasa seperti percobaan, tapi kita nggak pernah benar-benar tahu apa hasil akhirnya. Kita jalan, kita jatuh, kita bangun lagi, tapi ke mana tujuannya? Apa semuanya cuma tentang bertahan sampai mati?

Dan ketika mati, apa yang tersisa? Apa semua keputusan gue, semua pilihan gue, akan berarti? Atau itu cuma bias lain,sebuah ilusi bahwa gue punya kontrol atas hidup gue sendiri? Apa benar Tuhan peduli, atau semuanya berjalan karena nggak ada yang menghentikannya?

Mungkin, gue terlalu banyak bertanya. Tapi gimana gue nggak bertanya, kalau semua ini terasa begitu kabur?