Narabaca pikiran yang diperseterukan

Berseteru dengan pikiran adalah luka yang tak bisa diobati. Setiap malam, setiap sunyi, pertarungan itu selalu hadir. Mind, adalah aset terbesar sekaligus musuh paling berbahaya. Pikiran bisa menciptakan keajaiban, tetapi juga bisa menjadi belenggu tak kasat mata. Dalam setiap langkah, rasa sakit itu hadir, menyelubungi tanpa peringatan.

Rasa sakit ini tidak hanya terbatas pada apa yang sedang gua pikirkan. Dalam diam, saat tak ada lagi suara di kepala, yang tersisa hanyalah keraguan. Keraguan tentang siapa gua sebenarnya. Adanya kesakitan ini seperti lubang yang tak kunjung tertutup, semakin gelap semakin dalam.

Kadang gua bertanya pada diri sendiri, kenapa harus gua? Tapi jawaban itu selalu nihil. Ya, gua sangat benci diri gua sendiri. Lebih dari apapun yang ada di bumi ini, lebih dari siapapun, bahkan melampaui jenis dewa apapun… jika itu ada. Kebencian ini nyata, tidak bisa gua elakkan, dan kian hari makin sulit gua sembunyikan. Gua hanyalah bayangan karakter yang goyah. Tidak memiliki integritas, tidak memiliki arah. Lubal Libil Labil Labil.

Orang-orang bilang gua terlalu diam, terlalu memendam. Kenapa gua ga bilang aja dari awal? Mungkin karena gua tahu, di akhirnya akan sama saja. Buang saja ketika tidak ada manfaat atau tidak diperlukan lagi. Seperti barang usang, tidak ada artinya untuk disimpan.

Namun, di antara semua kekacauan ini, gua sadar. Terimakasih telah menyadarkan gua, tapi maaf karena terlalu terlambat untuk menyadari. Kata-kata itu menggaung di kepala gua seperti sebuah ironi yang pahit. Kesadaran itu adalah pisau bermata dua—menyakitkan sekaligus tak terhindarkan.

Setiap hari gua mencoba. Setiap malam gua berusaha semaksimal mungkin mengabaikan emosional ini. Namun, selama apapun gua mencoba, gua tidak akan pernah bisa yakin. Pikiran gua seperti laut yang berombak; tak ada tenang, tak ada tujuan. Setiap harapan tenggelam sebelum sempat muncul ke permukaan.

Tapi mungkin, hanya mungkin, tulisan ini adalah satu cara kecil untuk berteriak dalam sunyi. Sebuah usaha untuk berdamai dengan pikiran, meski tahu hasilnya mungkin takkan jauh berbeda.