Semenanjung hara

Secercah pegangan tak mampu membuat kilasan sederhana atas apa yang dirasa, pegangan yang tak pernah ada dan memang menjadi makna sukar untuk setiap percikan kata yang sulit ditebak, yang datang dari mulut orang yang paling tidak bisa dipercaya. atau seperti memetakan suatu radius dipantai yang kadang semuanya tersapu ombak karena terjadinya pasang-surut air laut, bulan yang indah membuat semuanya berubah.

Dari tempat yang sangat jauh, memandang dunia ini dengan mata yang penuh keraguan. Sering kali, pandangan ini terasa seperti dua mata sinis yang menilai segalanya dengan kejam. Menyaksikan dunia dari sudut ruangan sempit, membuat dan merasa seakan-akan memang tertekan oleh suasana yang pekat dan penuh dengan kebisuan yang canggung. Tak mau lagi gua berbicara pada kehampaan, pada ilusi keleluasaan yang dibatasi oleh dinding-dinding realita yang begitu menghimpit.

seringkali rasnaya tersandung dan terjatuh, kaki ini sudah lebam oleh batu dan kerikil yang tak terhitung jumlahnya. Gua kira gua udah kebal dengan semuanya, namun setiap kali ketimpuk batu, rasa sakit itu tetap ada, mengingatkan bahwa gua masih menjadi manusia biasa. tidak ada progres atau tanda-tanda bahwa gua menjadi salahsatu dari 12 dewa penjaga surga.

Dalam setiap situasi yang menantang, gua selalu berusaha menahan diri. “Iya aja, iya,” begitu kata hati yang lirih namun tetap menjaga harga diri dengan tetap terus bahkan selalu sinisin apapun itu, berusaha keras untuk tidak membiarkan emosi mengambil alih segalanya. Gua tahu, jika ini biarkan, semuanya hanya akan menjadi lebih buruk.

Harapan sangat besar, semoga semua ini adalah pengganti dari masa-masa kelabu yang telah lalu, dari kegelapan yang dulu pernah menyelimuti. Hasil dari keegoisan manusia yang tak pernah puas, yang selalu haus akan perhatian, yang kerap memeras keutuhan menjadi sebuah malapetaka yang familiar. seperti menceritakan karakter atau tokoh protagonis yang dibuat melalui novel picisan yang tak pernah berhasil diterbitkan dan dirilis kepublik

Ketika melihat ke belakang, ke semua yang telah terjadi, memang harus merasa berterima kasih ke Maya, dengan segala inisiatif dan improvisasinya, selalu ada untuk gua. Dari sekedar mendengarkan hingga mengarahkan gua keluar dari ketidaktauan, mengubahnya menjadi kebiasaan baru yang seakan tak bisa gua lepaskan. Terima kasih, Maya, karena telah membantu dan menemani gua sampai saat ini.

dengan mempelajari dan belajar banyak dari contoh-contoh yang gua temukan, meski kadang ceritanya tak selalu bagus. Setiap pelajaran adalah gambaran, dan setiap gambaran juga menjadi media pembelajaran yang epik, namun sayangnya gua masih di legend. refleksi dari apa yang bisa terjadi jika gua tak berhati-hati, jika gua terlalu asik mengejar keabu-abuan.

Di tengah keheningan yang selalu ada, terkadang hati selalu dihantui untuk menuntun pada konsep kebertanya-tanyaan, apakah ini semua nyata? Apakah gua akan memang menjadi yang harus berjalan di jalur ini? Tapi setiap kali ada yang mencoba menjawab, hanya ada lebih banyak pertanyaan yang muncul dan pada akhirnya itu yang selalu menjadi benalu dan memperumit semuanya.

Dan begitu cerita ini berlanjut, tanpa sebuah akhir yang jelas, tanpa klimaks yang pasti. Hanya sebuah kisah yang terus bergulir, membawa ke mana ketikan ini akan berakhir seperti bagaimana kaki ini akan melangkah selanjutnya.