Dalam lipatan semesta keraguan, terdengar bisikan halus yang meresap ke dalam setiap sudut kehidupan. Bisikan ini tak cukup keras untuk membangunkan, namun cukup mampu membosankan, menggiring ke dalam renungan yang tak kunjung menemukan jawaban. Di tengah kesunyian yang berat, bisikan ini sering terabaikan, seperti angin yang berhembus lembut di antara celah daun yang rapat.
Namun, di tahun-tahun ketika kejamnya takdir begitu terasa, kita sering bertanya, apa yang bisa dilakukan ketika bahkan kekuatan yang dianggap jahat pun terlihat tak berdaya di hadapan campur tangan Ilahi dalam urusan manusia? Dalam dilema ini, setiap perbuatan dan pemikiran menjadi sebuah pertarungan antara penerimaan dan perlawanan, di mana keputusasaan dan harapan berbaur menjadi satu.
Ketika perasaan mulai diguncang gemuruh yang datang tanpa diundang, menggusar dan membuat pemiliknya gelisah tanpa alasan yang jelas, kita mulai mempertanyakan, siapa yang bisa melihat hal-hal tak terlihat? Dalam kebingungan ini, berbagai pertanyaan terus mengembara mencari jawaban yang mungkin tidak pernah ada.
Di arena kehidupan, seringkali ada mereka yang merasa berbakat dalam memelintirkan fakta dan realita, mungkin karena dorongan ego atau keinginan untuk menguji sejauh mana mereka bisa mempengaruhi. Mereka bermain dengan nasib orang lain, tanpa menyadari atau mungkin tanpa peduli akan dampak yang tercipta dari tindakan mereka. Seperti sutradara dalam drama kehidupan, mereka mengorbankan raga demi skenario yang mereka anggap sempurna.
Namun, apa yang terjadi ketika skenario tersebut berakhir? Kita menyadari bahwa tak akan ada lagi yang serupa, tak akan pernah ada nilai yang sama yang bisa ditransfer dari satu raga ke raga lain. Semua pengalaman, semua kenangan, adalah unik dan tak terulang. Kesadaran ini sering kali datang terlambat, dan penyesalan tak pernah cukup untuk memutar waktu kembali.
Di tengah keputusasaan ini, hanya angan-angan dan harapan yang mampu membuat kita bertahan. Ilusi sempurna yang mirip dengan kisah kotak Pandora, dimana di dalamnya terkandung kekuatan untuk terus melangkah, meski dalam keadaan paling terpuruk sekalipun. Kita, dalam segala kekurangan dan kebodohan, masih bisa bertahan dan melangkah ke depan, mencari celah cahaya di antara kegelapan yang menyelubungi. Jiyaaaah cakep emen kata-kata