Di antara sekian banyak rasa yang terus berkutat dalam insiden, usaha, dan ingatan, ada satu rasa yang terasa asing bagi gua. Bukan karakteristik gua untuk tenggelam dalam perasaan; gua adalah orang yang mengedepankan logika. Namun, dalam perjalanan waktu, semua kata, ucapan, janji, dan tingkah laku yang biasanya substansial dan bisa diandalkan, menjadi rapuh saat ego dan perasaan terlibat.
Kegelisahan yang tak terduga muncul, memecah ketenangan, mengubah segalanya. Membuat gua merenungi, bagaimana bisa sesuatu yang seolah tidak pernah terjadi, menghancurkan keutuhan? Goresan dan sayatan mulai terasa, meskipun sekuat tenaga gua mencoba menutupi, tetapi semuanya terkoak juga.
Kenapa harus gua, yang selalu merencanakan dengan rapi, yang harus hancur karena kepentingan semu orang lain yang suka coba-coba? Ini masalahnya, luka menjadi nanah dan membusuk hingga tak seorang pun yang ingin bahkan siap melakukan tindakan untuk mengamputasinya. gua? satu dari kepingan kecil yang memiliki tujuan obsesi cita-cita harapan dari apa yang gua lakuin, dengan banyaknya memori riwayat kenangan masa-masa yang sebenarnya normal dan bukan dari background hancur karena kerusakan dan keretakan awal. bukan, gua ga semestinya dapetin terjangan didepan karna gua sudah rapi dari awal
Pernah ada, satu rasa yang dimanfaatkan dan atas keterlibatannya menjadi jelmaan lembuh atas pengorbanan tanpa hasil. Standar berubah karena tau saat terpeleset ada injakan kuat yang masih akan tetap terus bahkan selalu dapat menjadi topangan. Ya, jauh dari segala masalah yang ada. Gua selalu bisa menemukan titik terang atas semua masalah gua, gua selalu bisa menanggung semua apa yang gua lakukan, gua perbuat bahkan yang gua lihat. Tapi ini? Setelah melewati banyak fase, semua tetap suram dan bahkan misteri menjadi tak terpecahkan, yang seharusnya bisa terlewati dengan bias dan sukarela.
Dan di sini gua berdiri, di tengah kehancuran yang menyeluruh, merenungi apakah memang ada jalur keluar dari labirin yang sebenernya itulah buatan gua. Perjalanan yang seharusnya penuh dengan penemuan dan pemulihan, kini hanya tersisa puing dan kenangan yang tak bisa dipahami. riwayat dari perbuatan menjadi daya tarik dan ketukan tersendiri yang sebenernya lebih tepat pada pengendalian atas apa yang gua lakuin.
Selalu ada sesuatu yang mengintai dalam kegelapan, suara-suara yang berbisik tanpa wujud, meminta untuk melangkah lebih jauh ke dalam namun gatau pasti apakah sebenarnya itu adalah lubang tanpa dasar. Namun setiap langkah hanya semakin mengikat gua pada pusaran yang sama, tanpa ada harapan untuk pecah atau berakhir. Karena dalam setiap usaha melupakan, ada lebih banyak yang harus diingat.