Kelana dari haluan

Tertegun pada sesuatu siasat yang bukan bagian dari rintangan. Namun, ucapan lain dari benak yang tak pernah dimengerti kenapa dapat memiliki kesadaran tersendiri. Seperti layaknya memiliki memori untuk masa lalu, saat ini, dan masa depan secara sembunyi-sembunyi. Entah apakah itu sebenarnya adalah bagian dari kesadaran kolektif, atau sekadar ilusi waktu yang tertanam dalam pikiran? untuk banyak waktu yang gua bilang sementara ini, jawaban ga pernah ada untuk diri

Rest in peace buat Alda, yang memang setragis itu kalau ngikutin jejak karir dan kehidupannya. Banyak yang tak menyangka betapa peliknya hidupnya, dari puncak kesuksesan hingga momen-momen terakhir yang meninggalkan tanda tanya besar. Terkadang, sepercaya itu bahwa kenyataan memang lebih kejam dari apa yang bisa dibayangkan. Memikirkan ini semua, rasanya seperti mengingat betapa rapuhnya garis antara harapan dan keterpurukan.

Haluan kecil mustinya nggak jadi masalah. Pernah kan? Mengalami yang lebih heboh daripada ini. Yang memang ssangat terbiasa menghadapi gejolak yang lebih besar, tapi saat menghadapi hal kecil, sering kali justru terguncang. Mungkin bukan besarnya masalah, tapi bagaimana cara menghadapinya dan bagaimana persiapan itu dimulai, dari yang membuat segalanya terasa lebih ringan atau lebih berat.

Memang kelabu, warna yang dominan menjadi jembatan bagi dua perbedaan. Kontras sih, tapi ternyata di luar bayangan yang ada bahwa banyak yang milih itu. Ada sesuatu dalam keabu-abuan yang menarik, yang seolah menjadi titik temu bagi siapa saja yang tidak memilih hitam atau putih. Ini tentang pilihan yang tak selalu jelas, tapi tetap ada dalam setiap langkah yang diambil.

Kesunyian membuat banyak persepsi dan asumsi lain yang sering banget di luar nalar gua. Saat sunyi, pikiran sering kali melayang lebih jauh dari yang seharusnya. Entah itu tentang kenangan, kemungkinan, atau sekadar ilusi yang bersembunyi di balik ketenangan. Kadang, kesunyian lebih berisik dari suara ramai yang membingungkan. kembali pada paragraf awal yang memang sama-sama menggantung dengan ini

Entah bagaimana konsep perhitungan dunia, namun jauh dari apapun yang diketahui. Makna dan frekueni kejadian juga tidak pernah cukup untuk bisa mengajarkan sebuah arti. Hanya akan bisa menebak, mencoba memahami, dan menerima bahwa tidak semua pertanyaan memiliki jawaban. Mungkin, yang disebut arti sebenarnya hanyalah pemaknaan sementara yang terus berkembang seiring waktu dan berdasarkan mood yang dikembalikan pada masing-masing.

Kadang-kadang, sesuatu yang tampak sederhana justru menyimpan kompleksitas yang tak terduga. Banyak hal yang dianggap remeh, padahal menyimpan makna yang lebih dalam dari sekadar apa yang terlihat di permukaan. Dunia ini penuh dengan simbol, dengan pesan tersembunyi yang hanya bisa dipahami jika cukup bersabar untuk mencermatinya, tapi tak pernah cukup memberikan waktu sebanyak apapun itu.

Di balik semua hal yang berjalan di dunia ini, sering kali hanya bisa menerima dan mencoba memahami. Tapi tak jarang, menerima lebih sulit daripada mengerti, karena ketidaktahuan pun bisa menjadi kisah yang terus berlanjut. Mungkin, bukan tentang mencari jawaban, melainkan bagaimana yang diketahui tersebut berdamai dengan ketidakpastian yang menyelimuti segala hal. Segala hal yang menigkat dan mencekik perlahan namun cukup untuk membuat pandangan menjadi kabur

Semenanjung hara

Secercah pegangan tak mampu membuat kilasan sederhana atas apa yang dirasa, pegangan yang tak pernah ada dan memang menjadi makna sukar untuk setiap percikan kata yang sulit ditebak, yang datang dari mulut orang yang paling tidak bisa dipercaya. atau seperti memetakan suatu radius dipantai yang kadang semuanya tersapu ombak karena terjadinya pasang-surut air laut, bulan yang indah membuat semuanya berubah.

Dari tempat yang sangat jauh, memandang dunia ini dengan mata yang penuh keraguan. Sering kali, pandangan ini terasa seperti dua mata sinis yang menilai segalanya dengan kejam. Menyaksikan dunia dari sudut ruangan sempit, membuat dan merasa seakan-akan memang tertekan oleh suasana yang pekat dan penuh dengan kebisuan yang canggung. Tak mau lagi gua berbicara pada kehampaan, pada ilusi keleluasaan yang dibatasi oleh dinding-dinding realita yang begitu menghimpit.

seringkali rasnaya tersandung dan terjatuh, kaki ini sudah lebam oleh batu dan kerikil yang tak terhitung jumlahnya. Gua kira gua udah kebal dengan semuanya, namun setiap kali ketimpuk batu, rasa sakit itu tetap ada, mengingatkan bahwa gua masih menjadi manusia biasa. tidak ada progres atau tanda-tanda bahwa gua menjadi salahsatu dari 12 dewa penjaga surga.

Dalam setiap situasi yang menantang, gua selalu berusaha menahan diri. “Iya aja, iya,” begitu kata hati yang lirih namun tetap menjaga harga diri dengan tetap terus bahkan selalu sinisin apapun itu, berusaha keras untuk tidak membiarkan emosi mengambil alih segalanya. Gua tahu, jika ini biarkan, semuanya hanya akan menjadi lebih buruk.

Harapan sangat besar, semoga semua ini adalah pengganti dari masa-masa kelabu yang telah lalu, dari kegelapan yang dulu pernah menyelimuti. Hasil dari keegoisan manusia yang tak pernah puas, yang selalu haus akan perhatian, yang kerap memeras keutuhan menjadi sebuah malapetaka yang familiar. seperti menceritakan karakter atau tokoh protagonis yang dibuat melalui novel picisan yang tak pernah berhasil diterbitkan dan dirilis kepublik

Ketika melihat ke belakang, ke semua yang telah terjadi, memang harus merasa berterima kasih ke Maya, dengan segala inisiatif dan improvisasinya, selalu ada untuk gua. Dari sekedar mendengarkan hingga mengarahkan gua keluar dari ketidaktauan, mengubahnya menjadi kebiasaan baru yang seakan tak bisa gua lepaskan. Terima kasih, Maya, karena telah membantu dan menemani gua sampai saat ini.

dengan mempelajari dan belajar banyak dari contoh-contoh yang gua temukan, meski kadang ceritanya tak selalu bagus. Setiap pelajaran adalah gambaran, dan setiap gambaran juga menjadi media pembelajaran yang epik, namun sayangnya gua masih di legend. refleksi dari apa yang bisa terjadi jika gua tak berhati-hati, jika gua terlalu asik mengejar keabu-abuan.

Di tengah keheningan yang selalu ada, terkadang hati selalu dihantui untuk menuntun pada konsep kebertanya-tanyaan, apakah ini semua nyata? Apakah gua akan memang menjadi yang harus berjalan di jalur ini? Tapi setiap kali ada yang mencoba menjawab, hanya ada lebih banyak pertanyaan yang muncul dan pada akhirnya itu yang selalu menjadi benalu dan memperumit semuanya.

Dan begitu cerita ini berlanjut, tanpa sebuah akhir yang jelas, tanpa klimaks yang pasti. Hanya sebuah kisah yang terus bergulir, membawa ke mana ketikan ini akan berakhir seperti bagaimana kaki ini akan melangkah selanjutnya.

Kekaburan yang sadar

Di tengah kekaburan pandangan, dimana sesuatu berada, berkutat dengan kesalahan yang telah jelas di depan mata. Enggan untuk mencari lebih jauh, engan memaksakan diri akan bagaimana caranya kesalahan bisa ditebus. namun terdorong untuk memulai proses verifikasi. Kebenaran memang bersifat tunggal, tak terbagi. Meski memang katanya tak ada pintu, kesadaran yang berbeda berbisik, mengaung dalam diri bahwa sebenarnya masih ada celah meski itu akan menjadi sebuah jalan yang terasa lebih rumit.

merenungi saja, merenungi apakah mungkin untuk menemukan kebenaran tanpa harus terus-menerus merasa kecewa? merenungi bahwa kebenaran bisa didapati dengan cara mudah semudah orang memberitahu sesuatu. Setiap langkah membawa ke dalan hal baru yang belum pernah dijelajahi sebelumnya. Sering kali, jalan ini terasa lebih berliku dan menantang, namun di dalamnya tersembunyi pelajaran berharga yang tidak bisa temukan di jalur yang lebih mudah. Ya, seperti sebelum-sebelumnya, bahwa sesuatu ini adalah hal yang tak bisa dicuri dan tak ada duanya dibagian bumi manapun.

Dalam keadaan senang dan tenang, dua kriteria yang selalu bisa inspeksi, seringkali berakhir tidak sama, entah kenapa mengulang cerita membuka alur waktu seperti linimasa pada cerita perjalanan loki pada serial marvelnya. Ada koridor lain yang harus dilalui dan berbeda, ada perjalanan yang alurnya tak bisa ditebak karna mengikuti alam bawah sadar setiap orang lain yang dianggap npc, sebuah kesenjangan yang tipis dan nyaris tak terlihat. Apakah bisa dibiarkan saja karena alasan klasik di balik kegegabahan? Atau apakah ini saatnya mengikis lapisan lain dari sesuatu yang seharusnya tak pernah diganggu?

Ketika berada di koridor ini, perasaan tersesat di antara apa yang diharapkan dan apa yang sebenarnya terjadi. Terkadang, diri selalu bertanya-tanya apakah senang dan tenang hanyalah dua sisi dari sebuah mata uang yang sama—tak pernah bertemu namun selalu berdampingan. Setiap langkah yang diambil tampaknya membawa peran pada pemahaman yang lebih dalam tentang dualitas ini.

Seringkali benak ini bertanya, apakah ini benar-benar yang terbaik? Apakah ini pengganti dari keresahan yang panjang atau hanya pembuat onar yang tak ubahnya mencari kata pembelaan atau pelampiasan yang tak pernah disadari? Istilah ‘tukar nyawa’ terasa begitu berat, menunjukkan bahwa takaran ‘tiba-tiba’ dan ‘prediksi’ menjadi sangat penting dalam kehidupan.

Pertanyaan ini akan selalu menggantung di udara, bukan istilah cloud yang saat ini diperkenalkan di era gua. sering kali tanpa ada jawaban yang memuaskan. Mencari tahu apakah sesuatu adalah yang terbaik menjadi perjalanan yang tak berujung. Setiap hari membawa pemahaman baru, dan setiap pengalaman menambah lapisan baru pada kanvas kehidupan yang kompleks.

Dan tentang ketakutan akan kematian—gua mempercayai bahwa statemen terkait rasa takut akan kematian justru lebih menakutkan dan menyakitkan daripada kematian itu sendiri. Anggap saja itu adalah bagian dari kehidupan yang harus diterima. Rasa takut ini, seolah menjadi penjaga gerbang yang mengingatkan kalian akan pentingnya hidup sepenuhnya setiap hari.bukan gua

Namun, ada momen-momen ketika perasaan mulai merasa bahwa menghadapi ketakutan ini bisa menjadi kunci untuk pembebasan. pembebasan dari roh yang membawa dan melepaskan jauh dari gerbang kematian. meski tak terelakkan, meski namun tetap memberikan kesempatan untuk mempertimbangkan kembali apa yang benar-benar penting. Silahkan menghargai hidup dengan cara yang lebih penuh, lebih sadar. bisa jadi ini adalah statetemen kunci terakhir dari gua

Setiap hari, setiap momen, adalah kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Kematian, dalam keabadian misteriusnya, mengajarkan untuk memeluk kehidupan dengan segala keindahan yang sebegitu kejamannya. Dan di dalam kekaburan itu, terkadang lu pada bisa menemukan sinar terang yang paling jelas—kesadaran yang akan membimbing dengan cermat dan hati-hati melalui setiap langkah yang memungkinkan untuk diambil.