Mimpi yang Bukan Buat Gue

Pernahkah lu ngerasa terjebak di sebuah mimpi? Mimpi yang kayaknya keren banget, penuh harapan, tapi… ternyata bukan buat lu. Gue sering ngalamin itu belakangan ini. Mimpi gue selalu soal umroh. Tapi yang aneh, gue nggak pernah benar-benar “ada” di situ.

Setiap kali mimpi itu muncul, gue selalu jadi orang di belakang layar. Gue yang bikin goal, ngatur ini-itu, ngerasain kayak ngurusin banyak hal buat orang lain. Tapi bukan soal gue nggak pernah dapet kesempatan buat ngerasain apa yang mereka rasain, lebih kayak… memang bukan buat gue aja. Banyak hal yang nggak bisa dijelasin, tapi gue tahu, itu bukan buat gue.

Gue cuma kayak bayangan di antara orang-orang yang lagi menikmati perjalanan spiritual mereka. Entah bener atau nggak, kayaknya gue malah jadi bagian dari perjalanan orang lain. Tapi anehnya, gue sendiri kayak nggak ada di sana, bahkan seolah nggak eksis. Tapi di sisi lain, ada rasa kayak gue tetap “terasa,” meskipun cuma di pinggiran mimpi itu.

Dan entah kenapa, di mimpi itu rasanya gue kayak dipaksa. Gue bantu orang-orang itu tanpa pernah ngerasa gue jadi bagian dari perjalanan mereka. Rasanya kayak gue di situ cuma buat “mengantarkan” mereka ke sesuatu yang besar. Tapi buat gue? Nggak ada.

Pas gue bangun, gue selalu kepikiran. Apa artinya mimpi ini? Apa ini semacam kode kalau gue terlalu sibuk mikirin orang lain sampai lupa sama diri gue sendiri? Atau ini cuma refleksi dari hal-hal yang gue takutin? Kayak takut gagal, takut nggak cukup, atau… takut berharap terlalu tinggi?

Mimpi ini bikin gue campur aduk. Ada sedih, ada bingung, ada sedikit marah juga. Kenapa gue cuma jadi penonton? Apa gue nggak cukup berhak buat jadi bagian dari cerita besar itu? Tapi di sisi lain, mungkin ini cuma pengingat kalau semua punya waktunya sendiri. Mungkin, saat ini gue lagi disiapin buat sesuatu yang lebih.

Tapi jujur aja, sekarang gue masih nyari jawabannya. Dan selama itu, mungkin gue cuma bisa nyimpen cerita ini di sini. Siapa tau, suatu hari, mimpi itu berubah. Dan kali ini, gue bener-bener ada di dalamnya.

Realitas yang digores

Terkadang hati ini rapuh, terbelah menjadi dua tanpa aba-aba. Seolah rentannya rasa selalu diuji oleh kerikil-kerikil kecil kehidupan yang sengaja ditempatkan di jalan kita. Namun, bukankah semua itu hanyalah bagian dari skema Tuhan yang besar? Gua, yang seringkali bersabar, menanti dengan penuh harap—bahwa semua kebusukan, semua egoisme, akan lenyap pada akhirnya.

Empat kuda putih menarik kereta emas, gambaran otoritas yang tak terbantahkan. Semua tunduk di bawahnya. Tetapi, bahkan kereta emas yang megah sekalipun pernah berselisih dengan dewa laut. Seolah menunjukkan, bahwa kuasa tertinggi pun tak pernah benar-benar bebas dari perpecahan.

Dalam perjalanan ini, harapan seringkali hanya menjadi bayangan singkat. Hidup di bumi yang padat dan berjejalan, menciptakan ilusi tak kasatmata yang memerangkap kita. Pikiran beku, melebihi kekerasan batu, tetap tak mampu dihancurkan meskipun air menetes perlahan.

Dan meskipun sering kali gua merasa menjadi bagian dari chaos ini, ada satu kesadaran yang tak tergoyahkan: Tak pernah ada nyawa yang tidak berguna, kecuali saya. Statemen ini menohok, mengguratkan kerapuhan ego sekaligus kekuatan introspeksi.

Ada nama yang membuat gua tertatih, membawa kehampaan di setiap langkah. Tapi dalam keheningan ini, gua masih mencoba menjadi karakter yang berintegritas—meski berjuang keras menampik masa lalu. Memo terbaik seringkali tak tertulis; mereka tersimpan dalam lubuk hati, di mana semua hal terpendam berdiam dengan sunyi.

Hingga akhirnya, sebuah realitas baru mengguncang kita: bahwa kumpulan bit data, dalam keheningannya, ternyata memiliki efek yang melebihi takdir Tuhan. Sebuah refleksi bahwa manusia kini hidup di dua dunia—dunia nyata dan dunia maya.

Tulisan ini bukan untuk menggurui, tetapi hanya sekelumit memo dari perjalanan hidup. Karena meski dunia ini penuh kehampaan, jangan ngarep makna dalam sebuah perjalanan. karna bisa saja meskipun itu lurus, namun untuk mereka yang mengartikan bumi ini bola bulet, tak akan pernah berujung

Kesaktian tuhan yang tak pernah diharapkan

Pertanyaan umum yang dijawab dengan pengalihan gila para pembicara yang memiliki banyak follower. kenapa yang namanya tuhan setega itu menciptakan duka? lara? keperihan? atau frasa umum yang diketahui orang bego sekalipun, rasa sakit? Tak puas dengan semua itu, makhluk pun beragam, menjadi penyebab dan benalu. namun tak sampai disitu saja, tak cukup dengan suatu statemen bahwa pencipta hanya membuat rintangan layaknya konsol permainan, namun ada karakter yang sebenernya bukan karakter utama, seperti npc yang mungkin direkayasa dan diprogram hanya untuk menjadi bom, simpel? enggak. bahkan tuhan menciptakan jebakan terkait rasa dan perasaan. seperti penghapus yang tidak dapat menghapus goresan kecil yang dibuat oleh pensil namun justru membuat kertasnya makin hitam dan melekat.

memang sekilas tidak akan pernah ditemukan putih yang mutlak dan hitam yang murni, tapi abu-abu yang tidak ketahuan arahnya kemana. bermain peran seakan menjadi sesuatu lembek tak terawat butuh pegangan dan semua atribut yang bahkan otak tak akan pernah berfungsi jika berusaha memikirkannya. satu yang menjadi insiden dasar atas ketraumaan dan ketantruman. semua terkecoh bak babu. jangan salah! manusia memang tempat terbaik untuk menjadi pembuangan kesalahan, tidak dengan iblis yang memang berawal dari surga keabadian.

fenomena, takdir dan rekayasa kejadian. menyerban dan memperluas dengan sendirinya tanpa harus dipedulikan, namun tetap. kesaktian atas kesakitan menjadi lebih dominan bila jatuh pada sesuatu yang sangat pas dan tepat. apalah daya itu? bahkan sosok gua pun ga mampu menjabarkan secara detail atas apa yang menjadi keraguan dan ketakutan. kekuatan apalagi yang diperlukan buat menahan semua? bahkan memang sepertinya tak akan pernah ada manusia yang sanggup dengan itu. bersembunyi mungkin menjadikan topeng dan kepalsuan menjadi tabir yang menghalangi kemalangan kehidupannya.

Ya, walau gue tau semua menjadi sukar dan ambyar, tak dapat kembali karena jalan waktu paralel dengan skema multikehidupan lainnya, iya, pasti dan akan tetap terus bahkan sesakit itu. Tapi tidak usah berbelit dan jangan pernah lari, karna gua juga gapernah menghindari titik apapun didepan, habiskan dan tanggung semuanya. jangan biarkan oranglain merasakan karena mereka tidak akan sekuat dan setegar ini. Engga, engga juga! gue bukan seperti Yesus, informasi yang diketahui umum, yang sengaja menjadikan sacrifice acuan utama terkait kasih. tidak membiarkan oranglain merasa dan hanya menanggung dengan penuh iklas. Kesaktian tuhan yang tak pernah diharapkan apabila menyangkut konteks ini

Bukan awal yang diganaskan

Desember, bulan yang selalu nyimpen dan ngeluarin aneka cerita yang enggak pernah berhenti bikin ngakak. bulan paling jelek dalam siklus kehidupan manusia kehidupan yang  Lagi-lagi, satu jiwa balik dipanggil Tuhannya hari ini, dan tau? iya dari 7 orang yang ada dilingkaran gua, dari suatu perkumpulan yang suka-suka lu aja dah kalo mau bilang ini adalah sekte.

Kali ini, bukan dari sosok biasa di ingatan gua. 7 orang yang pernah ada di lingkaran spiritual yang enggak bisa gua bilang besar, tapi juga enggak kecil. Lingkaran unik dengan cerita dan kisah yang amat teramat banyak banget, tapi semuanya harus diceritain dalam mode samar. Bukan karena harus disembunyiin, tapi karena sifatnya enggak bisa dipahami sama cara pikir manusia yang biasa kayak lulu (haha, berasa ada yang baca aja ya).

Entah apa yang masih tertunda buat dunia ini. Gua enggak ikut-ikutan urusan takdirnya, seterah apa itu janji-janji itu atau macem utang yang belum dilunasin ge. Jujur, kalau ada urusan hutang, gua bodo amat. Gua enggak ngarepin apa-apa dari yang namanya utang, bahkan buat orang mati seperti dia. Orang-orang yang kenal sama gua biasanya ninggalin jejak berupa utang yang dijanjiin dan gua yakin sampe gua mati ga semua bakal balikin. itu bukan ranah gua. Tapi, satu hal yang pasti: gua juga bakal nyusul. Enggak sekarang, mungkin nanti. Tapi gua tau jalan gua. Gua bakal dikejar sama entitas-entitas yang enggak kasat mata, yang bahkan orang lain enggak akan pernah ngerti.

Mencoba membuat gua jadi orang aneh yang sengaja memperumit dirilah, Mereka bakal coba bikin gua hancur, bikin gua gila, bikin gua menderita sampai gua ngerasa jadi jiwa yang sia-sia. Sialnya, gua bisa nebak apa yang bakal terjadi sama gua dalam beberapa minggu ke depan. Rasanya kayak nunggu badai tanpa tau kapan reda. dengan pengetahuan minim namun itu hanyalah satu-satunya takdir.

Meskipun begitu, gua yakin temen gua ini bakal ditoleransi sama Tuhan. Karena gua, dia, dan semua dalam lingkup tujuh orang lainnya bukanlah sekte sesat atau kelompok gelap yang sering dicap sama orang lain. Kita cuma manusia yang salah, yang coba paham sesuatu yang di luar pemahaman umum. Kayak kisah penghuni gua dalam cerita Ashabul Kahfi, karena ternyata dari kita bertujuh lu ga akan percaya kalo salahsatu diantaranya adalah anjing yang juga bisa ngertiin dan ngomong sama kita. Anjing, sebagai sosok yang di agama gua perlu dihindari. toh dari apapun itu kita juga punya tempat kita sendiri, meskipun orang lain enggak akan pernah tau dan sukar buat percaya.

Tapi yaudah, bodo amat. Gua enggak peduli kalau semua yang gua tulis ini cuma dianggap ilusi atau imajinasi biasa. Karena di balik semua ini, gua percaya satu hal: kebenaran itu urusan antara jiwa dan Penciptanya, enggak peduli seberapa samar jalannya. dari sini gua jadi aneh dan samar karna gue membiaskan kata Pencipta padahal gua sendiri satu yang menjadi bermasalah.